KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Pembelajaran Menurut Piaget.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat.
Pekalongan,10
Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
1.1.
LATAR
BELAKANG
1.2.RUMUSAN
MASALAH
1.3.TUJUAN
PENULISAN
BAB II :
2.1.PENGERTIAN KOGNITIF
2.2.PERKEMBANGAN KOGNITIF
2.3.TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF
2.4.IMPLEMENTASI TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN
2.5.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KOGNITIF J.PIAGET
2.6.TOKOH YANG MENENTANG TEORI JEAN
PIAGET
BAB III :
3.1.PENUTUP
3.2.DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengetahuan
itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang
sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran
antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran
dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm.
110.
Teori
Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang
dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan
masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan
cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi
tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses
dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan
akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget
juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia
menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi
dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan
endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur
tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis –
matematis.
Sumbangan
bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi
pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir
logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.Apa
pengertian dari kognitif itu?
2.Bagaimana
perkembangan kognitif itu?
3.Bagaimana
teori perkembangan Piaget?
4. Bagaimana
implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran?
5. Apa saja Kekurangan dan
Kelebihan dari Teori Perkembangan
Kognitif Jean Piaget ?
6.
Siapa sajakah tokoh yang menentang teori Jean Piaget ?
1.3. Tujuan
Setelah dirumuskan
masalah tersebut maka pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1.Menjelaskan
pengertian dari kognitif.
2.Menjelaskan
perkembangan kognitif.
3.Menjelaskan tentang
teori perkembangan Piaget.
4.Menjelaskan
implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran.
5.Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget.
6.Menjelaskan beberapa tokoh yang
menentang teori Jean Piaget.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Kognitif
Istilah Kognitif berasal
dari kata cognition yang sepadan
dengan knowing yang berarti mengetahui. Dalam Teori yang
lebih luas Cognition(kognisi) adalah
suatu proses perolehan,penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Teori Kognitif adalah teori
yang berfokus pada pembentukan konsep berpikir, membangun pengetahuan(konsep
mental) atau proses-proses sentral seperti : ide-ide, sikap,harpan. Orientasi
Kognitif berbeda dengan Orientasi Behavioristik. Orientasi Kognitif adalah memperlajari
Proses mental sedangkan Behavioristik lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang
diberikan.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga
pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif.
Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan
materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai
siswa dan sebagainya.
.
2.2.
Perkembangan Kognitif
Teori
perkembangan kognitif Piaget adalah salah suatu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi
dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial
seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek
untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan
untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya.
Piaget
percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget,
setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat
invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta
adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh
pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan
uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori
Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses
mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia
mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan
bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang
bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek
seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama
kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan
atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan,
yaitu:
1. Organisasi.
Merupakan
istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam
system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah Proses Penataan informasi dan Pengalaman menjadi
berbagai system atau kategori mental, yang berlangsung terus menerus.
Contoh:
anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam
objek. Setelah itu dia berusaha mengkombinasikan dua kegiatan ini (menatap
dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam
sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema.
Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk
memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan
reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menarik.
2. Adaptasi.
Merupakan
cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang
telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
a. Asimilasi
Merupakan
istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru
kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan
proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan
informasi baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh
asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi,
kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi
terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan
adalah segitiga sama sisi.
b. Akomodasi
Merupakan
istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada
sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan
akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui
akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami
perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh:
si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan
kedua.
3. Ekuilibrasi
Yaitu
istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada
elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur
dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan
lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer.
Contoh:
bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian
diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi
menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang
berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi
akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal
itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia
miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi
bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
2.3.
Tahap-Tahap
Perkembangan Kognitif
Menurut
Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh
lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk
berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru
dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara
berfikir yang khas/berbeda.
Tahapan
perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensori
Motor.
Tahap
ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan
berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan
gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan
siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget
membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
a.
Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks
yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis
menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada
sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya
disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
b.
Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi
ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha
mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada
contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari
tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
c.
Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi
sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi
sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan
menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
d.
Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada
periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk
mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak
mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent
mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar
mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh
tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu
sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba,
Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari
jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil
mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2).
Memeluk kotak mainan.
e.
Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada
periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada
periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk
mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan
meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa
kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang
dihasilkan oleh tindakannya.
f.
Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada
periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6
bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada
akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam
mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.
2. Tahap Pemikiran
Pra-Operasional
Tahap
ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut
Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia,
namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”,
yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak
melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.Perbedaan tahap
ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a.
Imitasi tidak langsung
Anak
mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu
sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh:
anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah
hasil imitasi.
b.
Permainan Simbolis
Sifat
permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang
pernah dialami.
Contoh:
anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah
adiknya.
c.
Menggambar
Pada
tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental.
Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak
yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha
anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.
Contoh:
anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d.
Gambaran Mental
Merupakan
penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran
mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan
yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia
amati.
Contoh
yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e.
Bahasa Ucapan
Anak
menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui
bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada
orang lain.
3.
Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap
ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan
system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah
mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.
Pengurutan
Yaitu
kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b.
Klasifikasi
Kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).
c.
Decentering
Anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d.
Reversibility
Anak
mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi
Memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh,
bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu
bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f.
Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di
dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Baim.
4. Tahap Operasi
berfikir Formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.
Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada
tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu
bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh:
ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah
seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan
bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian
saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan
memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi
karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang
remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat
bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang
kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan
kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat
pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
2.4.
Implementasi Teori
Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran
Dalam
hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa implementasi yang
harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai berikut:
1.
Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.
Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas
Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3.
Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
2.5.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
KELEBIHAN :
1. Pembelajaran berpusat di Otak.
2. Siswa belajar sesuai tahap perkembangannya
3. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah
4. Dapat meningkatkan motivasi
KEKURANGAN :
1. Kemampuan fungsi kognisi dari setiap siswa dianggap
sama
2. Siswa tidak dapat menemukan gaya belajarnya sendiri.
3. Kuantitas kognisi lebih ditekankan daripada kualitas.
2.6. TOKOH YANG MENETANG TEORI JEAN PIAGET
1. Bower
( 1982 )
Menemukan bahwa bayi
usia kurang 4 bulan menunjukan dari tanda-tanda dari objek permanen.Bayi
menunjukan mainan dan kemudian layar itu ditempatkan di depannya.Ketika layar
telah di hapus setengah mainan dari bayi
itu masih ada,untuk setengah mainan lainnya telah di bawa pergi. Bayi-bayi pada
kelompok kedua lebih mengejutkan lagi ketika layar telah di hapus,menun jukkan
bahwa mereka masih mengharapkan mainan untuk berada di sana. Hal ini menunjukan
bahwa mereka memiliki ketetapan objek.
2.
Ballargeon dan Devos ( 1991 )
Menunjukkan bayi yang berusia 3-4 bulan apabila ada
truk wortel besar dan truk wortel kecil. Truk-truk tersebut lewat dari balik
jendela bayi tampak melihat lebih lama ketika truk besar lewat di jendela, hal
ini menunjukkan bahwa mereka akan melihat sesuatu yang lewat dari jendela, berarti
mereka telah mencapai ketetapan objek. Mereka tahu bahwa mereka harus dapat
melihat truk wortel yang besar saat truk tersebut melewati jendela, karena
cukup besar untuk menunjukan benda tersebut di jendela.
3.
Luo Baillargeon, Bruckner dan Munakata (
2003 )
Berpendapat juga mendukung bahwa gagasan bayi muda
memiliki objek permanen. Dalam study mereka, mereka menemukan tanda-tanda objek
permanen bayi pada usia 5 bulan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Istilah Kognitif berasal dari kata cognition
yang sepadan dengan knowing yang berarti mengetahui. Dalam Teori yang
lebih luas Cognition(kognisi) adalah
suatu proses perolehan,penataan, dan penggunaan pengetahuan. Teori Kognitif
adalah teori yang berfokus pada pembentukan konsep berpikir, membangun pengetahuan(konsep
mental) atau proses-proses sentral .
Perkembangan Kognitif Jean Piaget terjadi melalui 3
Proses yaitu Organisasi,Adaptasi, dan Ekuilibirasi.Tahap-tahap Perkembangan
Kognitif menurut Jean Piaget terdiri dari Tahap sensori motor, Tahap Pemikiran
Pra-Operasional, Tahap operasi Berpikir Konkret, Tahap Operasi berfikir Formal.
Teori Perkembangan
Kognitifisme berbeda dengan Teori Behavioristik.Kgnitif lebih menekankan pada
Proses Mental sedangkan Behavioristik lebih menekankan pada kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespon terhadap stimulus yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,dkk, Teori
Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Arruz Media, 2007.
E. Bell, Margaret, Belajar
dan Membelajarkan Penerjemah: Munandir, Jakarta : Raja Grafindo
Persada,1994.
Henry,Paul.dkk, Perkembangan
Dan Kepribadian anak Jilid II, Penerjemah : Med Meitasarai Tjandrasa,Jakarta
: Erlangga,1994.